Efektivitas Pelaksanaan Program Baca Tulis Al Qur’an dalam Mengentaskan Buta Huruf Al Qur’an Mahasiswa
Oleh Dedi Aris
A. Konteks Penelitian
Al Qur’an adalah kalam Allah yang tiada tandingnya, diturunkan kepada nabi Muhamad saw., penutup para nabi dan rasul dengan perantaraan Jibril, dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disempaikan kepada kita secara mutawatir, serta membca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surah Al-Fatihah dan ditutup dengan surah An-Nas.[1]
Allah menurunkan Al Qur’an untuk diimani, dipelajari, dibaca, direnungkan, dan dijadikan sebagai hukum. Berobat dengannya dari berbagai penyakit dan kotoran hati, hingga hikmah lain yang dikehendaki oleh Allah dalam menurunkannya. Al Qur’an adalah kitab suci yang sempurna, serta berfungsi sebagai pelajaran bagi manusia, pedoman hidup bagi setiap muslim, petunjuk bagi orang yang bertakwa. Allah Swt. berfirman :
$pkr'¯»t â¨$¨Z9$# ôs% Nä3ø?uä!$y_ ×psàÏãöq¨B `ÏiB öNà6În/§ Öä!$xÿÏ©ur $yJÏj9 Îû ÍrßÁ9$# Yèdur ×puH÷quur tûüÏYÏB÷sßJù=Ïj9 ) يونس : ٥٧ (
Artinya : hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabb-Mu dan penyembuh bagi penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.[2]
Ayat di atas menjelaskan bahwa Al Qur’an diturunkan sebagai pedoman/pelajaran, menjadi obat serta petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Oleh karena itu, setiap muslim wajib mempelajari Al Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Membaca Al Qur’an hukumnya disyariatkan dan disunahkan untuk sebanyak mungkin membaca dan menghatamkan setiap bulan. Keutamaan membacanya tertuang dalam sabda Rasulullah Saw.: ”Bacalah Al Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi pembacanya”.[3]
Rasulullah bersabda: ”Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan aliflammim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf”.[4]
Mengentaskan buta huruf Al Qur’an, merupakan bentuk pemenuhan hak wiqayah, yaitu hak memelihara agar terhindar dari api neraka. Allah berfirman:
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydßqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pkön=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâxÏî ×#yÏ© w tbqÝÁ÷èt ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtur $tB tbrâsD÷sã )التحريم : ٦)
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahn bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.[5]
Berdasarkan hal di atas, dapat dipahami bahwa seorang muslim seyogyanya dapat membaca Al Qur’an, karena bagi seorang muslim AL Qur’an adalah pedoman hidup. Akan tetapi, banyak muslim yang belum/tidak bisa membaca Al Qur’an. Hal ini dapat dilihat di surat kabar yang menuliskan data Departemen Agama dan pantauan lapangan Lembaga Studi Al Quran (LSQ) Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jawa Barat yang menyebutkan bahwa 50 persen Muslimin dewasa buta huruf Al Quran.[6]
Bertumpu dari masalah tersebut, perlu adanya sebuah alternatif dalam mengentaskan buta huruf Al Qur’an tersebut. Salah satu alternatif yang saat ini berjalan untuk hal tersebut adalah program Baca Tulis Al Qur’an. Program ini diharapkan dapat mengentaskan buta huruf Al Qur’an sehingga dapat membaca Al Qur’an dengan baik dan benar.
Universitas Islam ”45” Bekasi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat program Baca Tulis Al Qur’an, yang mana sasaran dari program ini adalah mahasiswa yang belum/tidak bisa membaca Al Qur’an.
Atas dasar itulah, peneliti tertarik untuk melihat bagaimana efektivitas program Baca Tulis Al Qur’an di Universitas Islam ”45” Bekasi. Dengan ini, peneliti mengambil judul: ”Efektivitas Pelaksanaan Program Baca Tulis Al Qur’an dalam Mengentaskan Buta Huruf Al Qur’an Mahasiswa” (Studi Kualitatif Naturalistik pada Program Baca Tulis Al Qur’an di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Geografi Universitas Islam ”45” Bekasi)”.
B. Fokus Permasalahan
Penelitian ini difokuskan pada Efektivitas Pelaksanaan Program Baca Tulis Al Qur’an dalam Mengentaskan Buta Huruf Al Qur’an Mahasiswa.
Berdasarkan fokus permasalahan di atas, peneliti merumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana Efektivitas Pelaksanaan Program Baca Tulis Al Qur’an Dalam Mengentaskan Buta Huruf Al Qur’an di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Geografi Universitas Islam ”45” Bekasi?
2. Apa faktor penghambat dan pendukung Pelaksanaan Program Baca Tulis Al Qur’an di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Geografi Universitas Islam ”45” Bekasi?
3. Bagaimana cara mengatasi faktor penghambat dan pendukung Pelaksanaan Program Baca Tulis Al Qur’an di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Geografi Universitas Islam ”45” Bekasi?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan Program Baca Tulis Al Qur’an di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Geografi Universitas Islam ”45” Bekasi.
2. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan Program Baca Tulis Al Quran di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Geografi Universitas Islam ”45” Bekasi.
3. Untuk mengetahui upaya penanggulangan faktor penghambat pelaksanaan Program Baca Tulis Al Qur’an dalam mengentaskan buta huruf Al Qur’an Mahasiswa di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Geografi Universitas Islam ”45” Bekasi.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini terbagi beberapa kelompok, yakni:
1. Manfaat Secara Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini bermanfaat bagi upaya pengentasan buta huruf Al Qur’an khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan program Baca Tulis Al Qur’an.
2. Manfaat Secara Praktis
a. Bagi Penulis Sebagai ajang latihan untuk melatih daya nalar dan mengasah intelektualitas peneliti. Juga sebagai bukti dan implementasi dari ilmu yang diterima di bangku kuliah.
b. Bagi lembaga pendidikan sebagai motivasi dalam pelaksanaan program Baca Tulis Al Qur’an dalam rangka pengentasan buta huruf Al Qur’an.
c. Bagi Universitas Islam ”45” Bekasi sebagai tambahan khazanah keilmuan, khususnya Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Islam “45” Bekasi.
E. Acuan Teori
1. Hakikat Efektivitas
Menurut Aan Komariah dan Cepi Triatna yang dimaksud efektivitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana sasaran atau tujuan (kualitas, kuantitas dan waktu) telah dicapai.[8]
Efektivitas adalah penilaian yang di buat sehubungan dengan prestasi individu, kelompok organisasi, makin dekat pencapain prestasi yang diharapkan semakin lebih efektif hasil penilainya.[9]
Dalam memaknai efektivitas setiap ruang memberi arti yang berbeda sesuai sudut pandang dan kepentingan masing-masing, dalam kamus besar bahasa Indonesia dikemukakan bahwa efektif berarti ada efeknya (Akibatnya, pengaruhnya, kesanya), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil, jadi efektivitas adalah kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran orang yang dituju[10]
Efektivitas adalah bagaimana suatu organisasi berhasil memanfaatkan sumber daya alam usaha mewujudkan tujuan operasional, efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu dan adanya partisipasi aktif dari anggota.[11]
Berdasarkan pengertian diatas dapat dikemukakan bahwa efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan adanya partisipasi aktif dari anggota, masalah efektivitas biasanya berkaitan erat dengan tingkat perbandingan antara tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang telah disusun.[12]
2. Jenis Efektivitas
a. Efektivitas pengajaran
Suatu proses pengajaran dikatakan efektif, bila proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. Bagi pengukuran suksesnya mengajar, syarat utamanya adalah hasilnya, tetapi harus pula diingat bahwa dalam menilai atau menerjemahkan hasil itu pun secara cermat dan tepat, yaitu dengan memperhatikan bagaimana prosesnya. Dengan proses yang tidak baik/benar, mungkin hasil yang dicapainya pun tidak akan baik.[13]
b. Efektivitas Metode
Efektivitas metode dimaksudkan untuk menunjukan hasil dari beberapa praktek dan penerapan metode dengan menggunakan bukti-bukti yang dapat dilihat didengar dan dirasakan.[14]
3. Hakikat program
a. Pengertian Program
Rangkaian kegiatan atau perintah untuk dieksekusi. Program merupakan kumpulan instruction set yang akan dijalankan oleh pemroses, Bagaimana sebuah sistem komputer berpikir diatur oleh program ini. Program inilah yang mengendalikan semua aktifitas yang ada pada pemroses. Program berisi konstruksi logika yang dibuat oleh manusia, dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa mesin sesuai dengan format yang ada pada instruction set.
Program itu sebenarnya adalah kumpulan dari script yang saling berhubungan yang menghasilkan satu buah hasil.
Program yang baik itu adalah program yang dapat menerima masukan, memproses data yang dimasukkan dan mengerluakan hasil atau yang biasa disebut dengan output/keluaran[15]
b. Jenis Program
Program bimbingan terdiri atas pelayanan-pelayanan yang dikoordinasi, dalam kerjasamanya dengan lembaga masyarakat yang ada hubunganya dengan pendidikan dan bimbingan. Semua pelayanan ditunjukan untuk membangun kesejahteraan individu dan kelompok.
c. Faktor pelaksanaan Program
1) Faktor pelaksanaan (orang-orang yang bertugas melaksanakan bimbingan)
Cakupan Keberhasilan Program meliputi fungsi dan tujuan bimbingan, latihan pengalaman minat dan pengetahuan yang dimiliki oleh para pelaksananya, biaya dan perlengkapan yang tersedia.[17]
c. Implikasi suatu program
Implikasi program dalam arti yang luas meliputi kesehatan jasmani dan rohani serta perkembangan kepribadian yang terintegrasi.
Bagi individu, berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi-prestasi yang dapat dicapainya mendapat penghargaan dan perhatian, memberikan kesempatan bagi individu untuk memperoleh hasil yang lebih baik dan mengembangkan pengertian-pengertian dan sikap yang dapat merangsang murid-murid memelihara kesehatan jasamani mereka.[18]
4. Hakikat Baca Tulis
a. Pengertian Membaca
Kata Baca Tulis Al Qur’an adalah dua kata kerja yang saling berkaitan, karena seseorang yang dapat menulis biasanya dapat mebaca begitupun sebaliknya. Menurut W.J.S purwadarima yang dimaksud membaca adalah menlihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan apa yang tertulis itu.[19]
Menurut Sabri kata membaca merupakan kata kerja yang memiliki arti melihat, serta memaknai isi dari apa yang yang tertulis dengan melisankan atau hanya dalam hati.[20]
Adapun pengertian membaca menurut Tinker adalah kegiatan yang melibatkan simbol-simbol yang dicetak atau ditulis. Ssedangkan kartina De Hirset menyatakan bahwa kegiatan membaca adalah jawaban yang berhasil terhadap bentuk visual dari bahasa.
Atas dasar dua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca adalah menciptakan pengertian atas rangkaian bahasa tercetak atau tertulis[21]
Selanjutnya W. Himan pada tahun 1961 berpendapat bahwa pendidikan dibangun atas dasar keterampilan membaca. Memang tingkat intelek seseorang menentukan tingkat membaca orang itu baik kecepatan, minat, frekuensi maupun tingkat komprehensif membacanya.[22]
Membaca merupakan kegiatan melapalkan huruf dan peristiwa psikologis serta fisiologis yang bersifat individual: Unsur utama membaca adalah otak, mata hanya alat yang mengantarkan gambar ke otak. Cahaya dari bacaan (tulisan) masuk melalui selaput bening (kornea mata), kemudian disalurkan oleh selaput pelangi dan terjadilah gambaran pada retina. Retina itu yang terdiri dari berjuta-juta reseptor cahaya yang mengubah energi cahaya menjadi syaraf dan disampaikan ke otak, syarat-syarat itu yang berjumlah 10 juta dicetak dan direkam menjadi gambar oleh sel neoren, dan disinilah terjadi proses membaca. Dalam proses ini tidak hanya terjadi proses psikologis yaitu bekerjanya alat-alat ucap sewaktu membaca, selain alat produksi suara, hal-hal grafis juga berperan yaitu besar, bentuk dan jenis huruf, gambar atau kertas. Seperti yang disebutkan diatas membaca merupakan peristiwa individual.
Apabila perkembangan berfikir atau mata seseorang tergangu maka dapat mengganggu perkembangan membaca seseorang.
b. Pengertian Menulis
Menurut Rudy S. Iskandar menulis adalah kegiatan menuangkan symbol huruf, sedangkan huruf adalah bentuk-bentuk yang merupakan lambing bunyi seperti “a” dari alat bunyi yang berada dalam rongga mulut dengan mulut dibuka lebar, sedangkan huruf “b” adalah lambing bunyi jika bibir atas dan bawah diletupkan.[23] Jadi menulis adalah menuangkan symbol lambang dan bunyi.
Menurut sabri kata tulis merupakan kata kerja yang memiliki arti melambungkan apa yang dilihat atau didengar baik berupa huruf maupun angka.[24]
Dasar-dasar menulis secara umum sama dengan membaca perbedaanya hanya pada prosesnya saja, jika pada proses mambaca retina mata mengubah energi cahaya menjadi syaraf yang disampaikan keotak kemudian direkam dan dicetak kedalam syaraf alat ucap yang kemudian terjadilah peristiwa membaca.
Sedangkan pada proses menulis setelah diproses oleh otak disampaikan kesyaraf motorik yang mengerakan reflek gerak tangan, dan terjadilah menulis. Menulispun merupakan peristiwa individual, dan apa bila perkembangan mata seseorang terganggu maka perkembangan dan kemampuan menulisnya akan terganggu pula.
5. Hakikat Buta Huruf Al Qur’an
a. Pengertian Buta Huruf
Buta Huruf Niraksara tidak dapat membaca dan menulis[25] Buta Huruf tidak dapat membaca dan menulis[26] Buta berarti kehilangan kemampuan untuk melihat. Tajam penglihatan visus pada pada orang yang buta total adalah nol. Buta total dapat diakibatkan, karena kelainan selaput jala mata pada, kerusakan saraf mata, kerusakan serabut-serabut penerus rangsang keotak, kelainan didaerah pusat penglihatan di otak, kelianan diselaput bening mata, lensa dan badan kaca tidak akan mengakibatkan kebutaan total. Dikenal juga buta sosial yang berarti bahwa seseorang tidak dapat mengerjakan suatu pekerjaan karena ganguan penglihatanya; tajam penglihatan pada buta sosial biasanya antara 6/60-1/60.[27]
Sedangkan Huruf, aksara; gambar bunyi bahasa : huruf kamariah, bunyi bahasa dalam bahasa arab yang tidak mengalami Asimilasi misal al-muslimu tidak menjadi am-muslimu; al-baitu; al-gafur; seperti huruf syamsiyah, huruf syamsiyah dalam bahasa arab ialah bunyi yang keras yang menimbulkan asimilasi misalnya al-syamsu menjadi asyamsu, al-rahman menjadi ar-ahman[28] huruf hijaiah huruf arab dari alif sampai ya.[29]
b. Pengertian Al Qur’an
Wahyu yang diturunkan kepada nabi Muhamad Saw. Selama kurun waktu kurang lebih 23 tahun itu lazim disebut Al Qur’an, (Arab). Al Qur’an didefinisikan oleh Subhi Salih dalam Mabahis fi Ulum Al Qur’an dengan “firman Allah yang bersifat (berfungsi) mukjijat (sebagai bukti kebenaran atas kenabian muhamad) yan diturunkan kepada beliau, yang tertulis didalam mushaf-mushaf, yang dinukil (diriwayakan) dengan jalan mutawatir (sanadnya sambung), dan membacanya sebagai ibadah.
Definisi yang relatif detail diajukan oleh Ali As-Sabuni dalam bukunya At-Tibyan sebagai berikut: “Al Qur’an adalah kalam Allah yang tiada tandingnya, diturunkan kepada nabi Muhamad saw, penutup para nabi dan rasul, dengan perantaraan Jibril, dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disempaikan kepada kita secara mutawatir, serta membca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surah Al-Fatihah dan ditutup dengan surah An-Nas.”[30]
Pendapat Ulama tentang asal kata Al Qur’an, Asy-syafi’I, miisalnya, menengarai kata Al-Quran ditulis dan dibaca tanpa menggunakan hamzah (Al-Quran bukan Al Qur’an) nama ini disematkan pada kitab suci yang diwahyukan kepada nabi Muhamad, sama halnya dengan nama Taurat dan Injil yang masing-masing secara berurutan diberikan kepada nabi isa dan nabi musa (Zuhdi, 1997)
Al-farra’. Dalam kitab Ma’aniy Al Qur’an ia menjelaskan bahwa kata Al Qur’an ditulis dan dibaca adalah bentuk jamak dari kata qarinah yang berarti “petunjuk”. Argumentasi al-farra didasarkan pada penomena ayat-ayat Al Qur’an yang saling berhubungan satu sama lain sehingga masing-masing bisa dijadikan petunjuk yang saling melengkapi.
Pendapat Al-Asy’ari berpendapat bahwa kata Al Qur’an dari kata dasar Qarrana yang bermakna “menggabungkan”. Pendapat al-Asy’ari tersebut juga dikuatkan oleh data-data historis yang merujuk pada pada konstruksi tulisan Al Qur’an yang mulanya menggunakan Aksara jenis kufi.
Dengan demikian, dapat di simpulkan bahwa pemakaian kata dasar Qara’a yang berdekatan dengan kata Al Qur’an dapat membuktikan bahwa Al Qur’an memang ditrunkan dari akar kata tersebut. Preposisi ini kian menguat menilik terma Al Qur’an disebut berdampingan dengan dua kitab suci sebelumnya, yaitu Taurat dan Injil, yang melahirkan konstruksi paralelitas.[31]
F. Metodologi Penelitian
a. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian ini dilakukan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unisma Bekasi, jalan Cut Meutia No.83 Bekasi Timur dan waktu penelitian ini dilakukan selama tiga bulan terhitung mulai bulan Maret sampai Bulan Mei 2010.
b. Metode Penelitian
Berdasarkan Rumusan Masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena dianggap dapat memberikan rincian yang komplek tentang fenomena yang sulit diungkap oleh metode kuantitatif.[32]
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif (Descriptive reseach) rancangan penelitian deskriptif berkaitan dengan pengumpulan data untuk memberikan gambaran atau penegasan suatu konsep atau gejala, juga menjawab pertanyaan-pertanyaan status subyek penelitian pada saat ini, misalnya sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi dan sebagainya
c. Data dan Sumber Data
1) Data
Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang berwujud kata-kata, yang dikumpulkan dalam beberapa cara, baik wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan sebagainya. Data tersebut kemudian diproses melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan data, dan dianalisis tetap menggunakan kata-kata yang disusun ke dalam teks yang diperluas.
2) Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh[33]. Artinya dalam penelitian ini data diperoleh dari responden, yaitu orang yang menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pewancara, dalam hal ini adalah penanggung jawab, ketua program, mentor, dan beberapa peserta program Baca Tulis Al Qur’an.
Sumber data tertulis dalam penelitian ini diperoleh dari buku-buku yang relevan dengan judul skripsi sebagai informasi terhadap penelitian yang diteliti.
d. Prosedur Pengumpulan Data
Agar thick description didapatkan, penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data yang terdiri dari:
1) Observasi
Observasi yaitu dengan melakukan teknik partisipasi (pengamatan), dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.[34] Didalam buku yang lain observasi didefinisikan sebagai metode atau cara-cara menganalisis dengan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat, mengamati, individu, atau kelompok secara lansung. Cara atau metode tersebut umumnya ditandai untuk pengamatan tentang apa yang benar-benar dilakukan individu, dan membuat pencatatan secara objektif menenai apa yang sedang diamati.[35]
Lembar observasi (pengamatan) merupakan panduan dalam melakukan penilaian terhadap indikator-indikator dari aspek yang diamati. Indikator-indikator tersebut sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya. Bentuk lembar observasi (pengamatan) dimaksud adalah berbentuk daftar cek dengan memberi tanda “V” pada kategori penilaian. Kategori penilaian ini merupakan petunjuk mengenai gambaran situasi objek yang diamati (diteliti), misalnya: jika indikator yang diamati muncul atau tampak, maka dikategorikan “ada”, dan jika tidak muncul atau tidak tampak maka dikategorikan “tidak ada”.
Adapun objek atau sasaran yang diamati dari observasi (pengamatan) tersebut adalah sikap/perilaku dalam aktivitas proses pelaksanaan program baca tulis Al Qur’an dengan Penilaian terhadap aktivitas proses belajar yang difokuskan pada indikator yang diamati sesuai dengan ruang lingkup penelitian.
2) Wawancara secara mendalam (in dept interview)
Wawancara yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara lansung oleh pewawancara ( pengumpul data ) dengan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan secara tuntas kepada responden, dan jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat pereekam. Teknik wawancara dapat digunakan pada responden yang buta huruf atau tidak biasa membaca dan menulis, termasuk anak-anak.[36]
Wawancara juga dapat diartiakan sebagai percakapan yang sistematis untuk mendapatkan informasi tentang orang lain dan berdasarkan tujuan penyelidikan.[37]
Daftar Pertanyaan Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara takberstruktur dan pedoman wawancara mendalam, yang akan dikembangkan dilapangan. Untuk mendapatkan informasi yang lebih beragam, rinci, dan lengkap, proses pengumpulan data wawancara didukung oleh catatan lapangan.
3) Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan pengumpulan data secara tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian, dokumen yang diteliti dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi saja.[38]
Sedangkan pencatatan data dan penulisannya dilakukan dengan cara memanfaatkan bentuk-bentuk instrumen penelitian, diantaranya: peneliti, field note, interview write ups, mapping, photograpic, sound, serta beberapa dokumen penting dan arsip buku laporan kegiatan pelaksanaan program baca tulis Al Qur’an di fakultas FKIP jurusan Geografi Unisma Bekasi.
e. Teknik Analisis Data
1) Reduksi Data
Reduksi data adalah proses pemilihan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, mengolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa, hinga ditarik kesimpulan data dan verifikasi.
2) Penyajian Data
Penyajian data ialah mengumpulkan data dan informasi yang didapat guna memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data meliputi berbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan bagian yang dirancang untuk menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang sistematis dan di mengerti.
3) Menarik Kesimpulan atau Generalisasi
Menarik kesimpulan merupakan alur ketiga dari penganalisaan data setelah data diproses dengan mereduksi dan menyajikan data, kemudian ditarik kesimpulan.[39] Kegiatan analisis data ini dengan kesimpulan reduksi data dan penyajian data, agar data dan informasi yang diperoleh dapat teruji kebenaranya.
BAB I PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
BAB II ACUAN TEORI
B. Hakikat Efektivitas
1. Jenis-Jenis Efektivitas
2. Efektivitas pengajaran
3. Efektivitas Metode
C. Hakikat program
1. Pengertian Program
2. Jenis jenis Program
3. Faktor pelaksanaan program
4. Implikasi suatu program
D. Hakikat Baca Tulis
1. Pengertian Membaca
2. Pengertian Menulis
E. Hakikat Buta Huruf Al Qur’an
1. Pengertian Buta Huruf
2. Pengertian Al Qur’an
BAB III METODE PENELITIAN
A. Latar Penelitian
B. Metode Penelitian
C. Data dan Sumber Data
D. Prosedur Pengumpulan Data
E. Analisis Data
F. Pengecekan Keabsahan Data
G. Tahap-Tahap Penelitian
BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Deskripsi Data
B. Temuan Penelitian
C. Pembahasan Temuan
BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Implikasi
C. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
[3] Achmad Sunarto, Khutbah Juma’at sepanjang Masa (Surabaya: tanpa penerbit, 2004), h. 164
[6] Reza Ervani, Memerangi Buta Huruf Al Qur’an, 2009, http://ardymond.wordpress.com/2009/06/08/reza-ervani-memerangi-buta-huruf-al-quran/
[7] Call. L. Gibson, Organisasi Jilid 1 (Jakarta: Banipura Sara, 1996), h. 28.
[8] Aan komariah dan Cepi triatna, Visionary Leadership menuju sekolah efektif (Bandung: Bumi Aksara, 2005), h. 34
[10] E. Mulyasa, Menajemen Berbasis Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 82
[12] Ibid., h. 82
[13] A. M. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h. 49
[14] Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa dari teori hingga Aplikasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 143
[16] M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan supervisi pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005)
h. 178
[19] Muslim Bin Al-Hajjaj, Shohih Muslim (Tanpa Tempat: Dar el – fikr,1995), h. 343
[25] Badudu Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), h. 236
[26] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 413
[27] Van Hoeve, Ensklopedia Indonesia (Jakarta: Ichtiar Baru, 1980), h. 561
[30] Nur Faizah, op.cit., h. 95
[32] Anselm Straus, Juliet Korbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2003), h. 5
[33] Suharsimi, Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 114
[39] Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif (Jakarta: UI-Press, 1992), h. 15
[40] Dr. Yayat Suharyat dan Drs. Agus Supriyanto, M.Hum., Panduan Penulisan Skripsi (Bekasi: Program Peningkatan Kompetensi Lulusan Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Islam “45” Bekasi, 2003), hh. 24-25
0 komentar:
Post a Comment